Jakarta – Pakar gizi klinis dan kesehatan masyarakat terkemuka, Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum., memberikan apresiasi mendalam terhadap kinerja Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) Polri dalam mendukung kesuksesan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dr. Tan menilai bahwa keterlibatan Polri memberikan jaminan keamanan dan higienitas yang krusial bagi keberlangsungan program strategis Nasional tersebut.
Dalam pernyataannya, Dr. Tan menegaskan bahwa MBG adalah investasi jangka panjang bagi kualitas sumber daya manusia Indonesia. “Program ini bukan sekadar intervensi gizi, tetapi fondasi bagi penurunan angka stunting dan peningkatan konsentrasi belajar siswa. Agar dampaknya maksimal, pelaksanaannya harus disiplin dan berbasis standar kesehatan yang ketat,” ungkapnya.
Analisis lapangan menunjukkan bahwa SPPG Polri telah menjalankan fungsi vital dalam rantai eksekusi program MBG. Dr. Tan menyoroti langkah sigap dan sistematis SPPG Polri dalam memantau kebersihan dapur penyedia, mengecek kepatuhan prinsip sanitasi, serta memastikan distribusi pangan berjalan tanpa penyimpangan.
”SPPG Polri telah menunjukkan komitmen yang kuat. Fungsi monitoring lapangan yang mereka lakukan membuat proses distribusi makanan menjadi lebih tertib, akuntabel, dan terlindungi dari potensi penyalahgunaan. Ini memberikan rasa aman bagi masyarakat, khususnya orang tua, bahwa makanan yang dikonsumsi anak-anak mereka aman dan bergizi,” tambah Dr. Tan.
Dukungan SPPG Polri dinilai telah menciptakan model kolaborasi lintas sektor yang ideal. Analisis mendalam terhadap kinerja satuan ini mencakup tiga aspek keberhasilan yaitu mencegah kontaminasi pangan melalui audit sanitasi rutin, memastikan rantai pasok pangan lokal berjalan lancar hingga ke tangan siswa dan menjaga agar mutu makanan tidak mengalami penurunan seiring berjalannya waktu.
Dr. Tan optimis, dengan sinergi antara ahli gizi, penyedia pangan lokal, dan pengawasan ketat dari SPPG Polri, Program MBG akan menjadi tonggak penting dalam membangun sistem pangan nasional yang berdaulat dan generasi penerus yang sehat.
Program MBG adalah inisiatif pemerintah untuk meningkatkan status gizi anak sekolah, santri, dan ibu hamil guna mempersiapkan Generasi Emas 2045. Program MBG yang digulirkan pemerintah bukan sekadar kebijakan populis atau bantuan sosial biasa.
Dalam pandangannya, setiap piring makanan yang disajikan kepada siswa adalah bentuk intervensi jangka panjang untuk mencetak sumber daya manusia yang unggul, bebas dari stunting, dan memiliki kemampuan kognitif yang prima. Namun, sebuah gagasan besar membutuhkan eksekusi yang presisi, dan di sinilah peran Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) Polri menjadi sangat krusial.
Analisis terhadap pelaksanaan di lapangan menunjukkan bahwa tantangan terbesar dari program berskala masif seperti MBG adalah manajemen rantai pasok dan konsistensi mutu. Makanan adalah produk yang sensitif; ia memiliki batas waktu, rentan terkontaminasi, dan memerlukan penanganan higienis yang ketat. Dr. Tan menyoroti bahwa tanpa pengawasan yang disiplin, program ini berisiko untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, pelibatan SPPG Polri dinilai sebagai langkah strategis untuk memitigasi risiko tersebut.
Kinerja SPPG Polri dapat dianalisis melalui tiga fungsi utama: preventif, pengawasan, dan penindakan. Secara preventif, unit ini memastikan dapur-dapur penyedia mematuhi standar sanitasi sebelum beroperasi, mencegah masuknya bahan pangan yang tidak layak konsumsi.
Dalam fungsi pengawasan, kehadiran personel Polri di jalur distribusi memastikan akuntabilitas—bahwa makanan sampai tepat waktu (on time) dan tepat jumlah (on quantity), menutup celah terjadinya penyimpangan atau moral hazard.
Lebih jauh, Dr. Tan menyebut kolaborasi ini sebagai “model ideal” intervensi gizi. Sinergi ini menciptakan ekosistem yang saling melengkapi ahli kesehatan menentukan standar gizi, sementara SPPG Polri bertindak sebagai quality control eksternal yang menjamin standar tersebut dipatuhi di lapangan.
Keberadaan aparat tidak hanya memberikan rasa aman bagi orang tua siswa, tetapi juga memberikan tekanan positif bagi penyedia jasa boga untuk terus menjaga kualitas.
Dengan demikian, keberhasilan Program MBG tidak hanya bergantung pada anggaran atau menu makanan semata, melainkan pada ketatnya sistem pengawasan yang dibangun. Apresiasi terhadap kinerja SPPG Polri adalah pengakuan bahwa kesehatan publik dan keamanan ketertiban masyarakat adalah dua hal yang beriringan dalam membangun ketahanan nasional yang berkelanjutan.
